MAJALAH SAMUDRA ADALAH REFERENSI TEPAT INFORMASI KELAUTAN DAN PERIKANAN INDONESIA YANG ANDA BUTUHKAN
Edisi Juli 2009....
Adaptasi Perubahan Iklim
Sejumlah kota di Asia Tenggara rentan terhadap perubahan iklim. Jutaan warga harus direlokasi. Jakarta kota yang paling rentan
Teropong
Perairan Ambalat kembali memanas. Siapa yang paling berhak memiliki blok yang kaya akan minyak tersebut ?


Segera Hubungi Layanan Jual Kami !!!
Telp : (021) 782 7012



Jumat, April 03, 2009

Menuai untung Dari Belida

Ikan Belida (Chitala lopis) memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Selain bernilai ekonomis tinggi, ikan ini juga tahan terhadap berbagai macam serangan penyakit.


Sangat mudah sekali mengenali Ikan Belida. Karena ikan ini memiliki sirip dubur yang menyambung dengan sirip ekor yang berawal tepat di belakang sirip perut, dihubungkan tepat dengan sisik-sisik kecil. Dengan bentuk tubuh sedikit pipih, mengenali Belida juga bisa dengan melihat bentuk kepalanya yang cekung dan rahang yang semakin memanjang seiring dengan meningkatnya umur.
Ikan ini memang hanya ditemui di beberapa daerah air tawar tertentu saja. Di Indonesia, banyak dijumpai antara lain di Kalimantan, Sumatera dan Jawa. Sedangkan di luar negeri beberapa negara yang menyimpan potensi habitat Belida antara lain di Malaysia dan Thailand.
Karena bentuknya yang unik dan habitatnya yang terbatas maka wajar saja jika harga jual Belida di pasaran lumayan tinggi. “Untuk wilayah Kalimantan harga jual belida mati dan segar berkisar antara Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu per kilogram (Kg),” jelas Ir. Wahyutomo, Koordinator Pembudidayaan Belida, Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Mandiangin, Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel).
Sedangkan dalam kondisi hidup, ikan ini tentunya memiliki harga jual yang berbeda bahkan cenderung lebih tinggi. “Kisarannya sekitar Rp 70 ribu hingga rp 100 ribu per-Kg,” kata Wahyu.
Menurutnya, khusus di Kalsel sendiri populasi alami Belida banyak di temui di Waduk Riam Kanan, Kabupaten Banjar. Daerah ini sejak puluhan tahun lalu telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai daerah tangkapan dan budidaya belida secara alami.
“Namun lambat-laun aktivitas tersebut justru semakin mengurangi populasi alami belida di Kalsel,” jelas Wahyu. Pasalnya, aktivitas penangkapan yang terus menerus tanpa di sertai dengan upaya pelestariannya.
Menjawab masalah tersebut, BBAT Mandiangin sejak tahun 2004 berupaya untuk mengumpulkan atau mengoleksi induk Belida untuk dibudidayakan dan direproduksi dalam kolam khusus. “Kami juga mengupayakan penyediaan benih bagi masyarakat yang ingin membudidayakannya,” kata Ir. Firdausi, Kepala Seksi Pelayanan Teknik, BBAT Mandiangin.

Pembudidayaan
Sebagai balai penelitian dan rekayasa teknologi pembudidayaan air tawar, BBAT Mandiangin tentunya memiliki teknik khusus dalam mengembangkan Ikan Belida. “Teknik rekayasa ini tentunya kami kembangkan sesederhanakan mungkin agar bisa diterapkan pada masyarakat luas,” jelas Firdausi.
Berikut beberapa proses pembudidayaan yang dianjurkan ole BBAT Mandiangin ;
Induk Belida dapat dipelihara dalam kolam berair tenang atau mengalir dengan luasan 400 meter persegi (M2) tergantung dari jumlah induk yang ditebar, dengan kedalaman 0,7-1 m. Kualitas kelembapan (pH) sebaiknya 7,2-82, Oksigen (O2) terlarut pada kisaran 5,2-6,6 ppm, dan NH3 pada 0,01-0,11 ppm.
Selama proses pematangan gonad, induk Belida sebaiknya diberi pakan udang segar dengan dosis 7-5 % per hari. Diberikan dua kali kali dalam satu hari dimana kuantitas pakan terbanyak diberikan pada sore hari mengingat respon Belida terhadap pakan lebih banyak ketika menjelang malam hari.
Berdasarkan hasil pengamatan BBAT Mandiangin, ternyata Belida memijah secara berpasangan, satu betina dan satu jantan. “Dalam proses ini telur-telur akan menempel pada substrat seperti akar atau kayu yang terendam dalam kolam,” jelas Wahyu.
BBAT Mandiangin sendiri menempatkan papan selebar 50 centimeter (Cm) dengan tinggi 40 cm ke dalam kolam untuk menjadi substrat penempelan telur ikan secara merata. Sehingga prosentase telur yang dibuahi dan potensi untuk berkembang atau menetas lebih besar.
“Untuk pengontrolan telur sebaiknya dilakukan setiap dua sampai tiga hari sekali,” ujar Wahyu. Ketika papan terlihat sudah banyak ditempeli telur, maka bisa diangkat dari kolam untuk selanjutnya dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel dan ditempatkan dalam akuarium yang telah disiapkan untuk proses inkubasi. Untuk menghindari tumbuhnya jamur, ada baiknya jika media inkubasi diberi methylen blue (MB) 1-3 ppm.
“Musim pemijahan Belida secara periodik berlangsung dari bulan Agustus hingga Maret,” tambah Firdausi. Telur-telur tersebut akan menetas dan menjadi larva sekitar 72-120 jam berikutnya pada suhu air 29-300 0 Celcius.
Proses selanjutnya adalah pemeliharaan larva yang dapat dilakukan dalam akuarium. Yang perlu diperhatikan adalah pada dasar akuarium sebaiknya ditempatkan beberapa potong paralon ukuran 1 Inci yang berfungsi sebagai shelter karena sifat ikan ini kanibal. “Setelah 72 jam dari penetasan, larva bisa diberikan pakan alami berupa artemia secukupnya,” kata Wahyu.
Setelah itu bisa dilakukan proses pendederan. Untuk pendederan pertama dapat dilakukan di akuarium selama sekitar satu bulan setelah penetasan. Dimana pada saat itu benih sudah mencapai ukuran 3-5 cm yang relative aman untuk di dederkan lebih lanjut di tempat yang lebih luas seperti dalam bak beton, tangki fiber, atau di kolam dimana ukuran luasnya tergantung dari jumlah benih yang akan didederkan.
Proses pendederan di kolam ini sendiri cukup memakan waktu 30 hari saja. Pada saat itu ukuran benih akan mencapai 15-17 cm dengan kisaran berat 10-12 gram. Ukuran ini sudah tepat untuk ditebar di kolam yang lebih luas lagi untuk proses pembesaran.
Pembesaran Belida bisa dilakukan di kolam maupun di Keramba Jaring Apung (KJA). Namun jika akan ditempatkan di dalam kolam terlebih dahulu kolam harus melalui proses sanitasi. Yaitu proses pengapuran dan pengeringan.
Dosis kapur yang dianjurkan unuk pengapuran antara 50-125 g/m2 . setelah dilakukan pengapuran, kolam dikeringkan dan dijemur selama 1-2 hari untuk selanjutnya diisi air setinggi 60-100 cm. Setelah hari ke-3 -5 setelah pengisian air, maka benih Belida siap ditebarkan.
Yang perlu diperhatikan adalah kepadatan penebaran dikolam antara 5-10 ekor/m2 atau 500-1000 ekor benih untuk ukuran kolam kurang lebih 100 m2 . pakan yang diberikan bisa berupa udang segar ukuran kecil sebanyak 5-3 % per hari dari total biomassa dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari.
Untuk pemeliharaan di kolam ini biasanya memakan waktu 12 bulan untuk bisa dipanen. Berat minimal ikan yang dihasilkan akan berkisar antara 0,5-0,7 kg/ekor dengan sintasan hidup sekitar 75 %. Sedangkan untuk hasil pembesaran di KJA, biasanya setelah 12 bulan akan menghasilkan ikan dengan berat 0,8-1 kg/ekor dengan sintasan hidu sekitar 70 %. “Semua proses ini mudah dilakukan dan yang paling penting adalah Belida tidak terlalu terganggu oleh berbagai macam penyakit,” kata Wahyu.
(w.rahardjo/sanny mk.)

0 komentar:

Opini

H.Yussuf Solichien Martadiningrat
Pengamat Politik Militer dan Ketua Umum DPP HNSI.

Setelah Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan dapat dikuasai, Malaysia berambisi untuk menguasai perairan Blok Ambalat yang diperkirakan kaya sumber daya minyak dan gas bumi. Keberanian Malaysia untuk mengklaim wilayah peairan Blok Ambalat tidak datang secara tiba-tiba, namun merupakan hasil kalkulasi politik dan strategi perang yang sudah diperhitungkan secara mendalam. Read more...

Tokoh

Alex Retraubun,Dirjen KP3K, DKP
Memberdayakan Pulau-pulau Kecil

Isu Ambalat belakangan ini kembali menyeruak. Pelanggaran yang dilakukan armada tempur milik Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM) di kawasan garis batas (borderline) di perairan sekitar Blok Ambalat. Semisal, pada 4 Juni lalu, sebuah kapal perang Malaysia kembali masuk sekitar dua mil kedalam wilayah negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Read more....



Advertorial

Launching PNPM Mandiri
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri-KP) resmi diluncurkan. Suatu upaya untuk memberdayakan masyarakat pesisir secara mandiri.
PNPM Mandiri KP merupakan bagian dari program nasional penanggulangan kemiskinan dalam lingkup PNPM Mandiri kategori penguatan. Program ini merupakan program pemberdayaan yang berbasis sektoral, kewilayahan, dan difokuskan untuk menanggulangi kemiskinan.
(advertorial Samudra Edisi April 2009)

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP