MAJALAH SAMUDRA ADALAH REFERENSI TEPAT INFORMASI KELAUTAN DAN PERIKANAN INDONESIA YANG ANDA BUTUHKAN
Edisi Juli 2009....
Adaptasi Perubahan Iklim
Sejumlah kota di Asia Tenggara rentan terhadap perubahan iklim. Jutaan warga harus direlokasi. Jakarta kota yang paling rentan
Teropong
Perairan Ambalat kembali memanas. Siapa yang paling berhak memiliki blok yang kaya akan minyak tersebut ?


Segera Hubungi Layanan Jual Kami !!!
Telp : (021) 782 7012



Rabu, Juli 15, 2009

Vaname Tahan Banting Ciptaan Putra Bangsa

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) berhasil menciptakan bibit udang vannamei unggul yang kebal penyakit (specific pathogen resist/SPR). Upaya ini untuk mngurangi ketergantungan impor.



Dua unit Pusat Produksi Induk Unggul Udang Vannamei atau yang dikenal Broodstock Centre Induk Udang Vannamei (BCIUV) sudah diresmikan penggunaannya terhitung mulai 28 dan 29 Mei 2009. Kedua BCIUV tersebut berada di Situbondo, Jatim dan Karangasem, Bali.
Di Situbondo, Broodstock ini berlokasi di Pantai Gelung. Keseluruhan bangunannya selesai dibangun pada tahun 2008 akhir. Dilengkapi dengan system resirkulasi tertutup dengan perputaran air 150-300% / hari. Sudah dilengkapi dengan system ozon dan memiliki penampungan sebanyak 12 bak dengan kapasitas produksi SPF sebanyak 20 ribu ekor/ induk.
Sementara untuk BCIUV Karangasem yang terletak di Desa Bugbug, tahap pertama pembangunannya memang baru dilaksanakan pada tahun 2008. Tahun ini, akan dilengkapi dengan 3 unit multiplikasi induk sehingga total semuanya aka nada enam unit.
Yang menarik BCIUV ini akan menggunakan air laut yang diambil deri kedalaman kurang lebih 300 meter dari permukaan. “Sehingga bisa dipastikan air yang digunakan bebas dari penyakit,” ujar Ir. Slamet Subyakto, Msi, Kepala Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo, yang membawahi kedua Broodstock tersebut.
Lalu untuk apa Broodtock itu dibangun ?
Menurut Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Budidaya Departemen Perikanan DKP, Made L. Nurdjaman, sejak tahun 2003 pihaknya telah melakukan pemuliaan bibit udang vannamei. ”Pemuliaan ini benar-benar hasil cipta putra bangsa. ,” katanya dengan bangga di Situbondo, akhir pekan lalu.
Hasilnya adalah lahir Induk Unggul Udang Vanamei Nusantara-I. “Induk Udang unggul ini telah melewati uji lapangan di pembibitan di Medan, Sumatera Utara dan Surabaya, Jawa Timur, terbukti berkualitas SPR. “Sedangkan Udang vannamei yang selama ini diimpor merupakan specific pathogen free (SPF),” ujar Made..
Induk ini merupakan hasil persilangan induk vaname asal Florida, Hawaii dan Induk introduksi yang sudah domestikasi dan diadaptasi di Tambak. Persilangannya dilakukan sejak tahun 2004. “Hasilnya kemudian diseleksi sebanyak (5%) untuk calon induk yang tumbuh paling cepat. Setelah itu dilakukan screening untuk mengetahui kemungkinan adanya virus,” jelas Subyakto.
Panen perdana pun dilakukan di pertambakan milik PT Bumi Asri Lestari, di Desa Lamongan, Situbondo. Hasilnya memang terlihat lumayan menggiurkan. Udang dari Indukan Nusantara-I terlihat lebih padat dan berisi. “Ini bukti kalau kita tidak main-main dalam mengembangkan indukan unggul ini,” tegas Made
Menurut dia, pengembangan udang unggul akan menekan impor vannamei impor. Namun, belum dipastikan besaran produksi udang dari hasil pembibitan ini. ”Besaran produksi tergantung pembudidaya. Cuma sejauh ini kan rendah sekali,” tandasnya.
Sementara itu menurut Dirjen Pemasaran Hasil Perikanan DKP Martani Huseini, pengembangan vannamei unggul dapat menggantikan vannamei impor. ”Kalau dilihat impor, banyak yang belum kompetitif. Itu kita harus tegar,” ujar dia.
Di sela-sela acara peresmian BCIUV Karangasem, diberikan juga sertifikat CPIB dan CBIB kepada beberapa perusahaan.(w.rahardjo)


Read more...

Menanamkan Cinta Bahari di Manado

Selama tiga hari kapal motor Doro Londa menjadi bumi perkemahan terapung. Maklum, dua ratus anggota pramuka penegak dan pandega mengikuti pelayaran dari Surabaya ke Manado. Suara nyanyian dan tepuk pramuka menggema di dalam kapal milik PT Pelni itu. Para ahli oseanografi, perikanan dan perwira TNI AL membekali anggota pramuka utusan 10 provinsi di Tanah Air.



Mereka memang peserta Marine Scout Expedition yang berlangsung 11-15 Mei 2009 di Manado. Kegiatan ini merupakan pendukung World Ocean Conference (WOC) dan Coral Triangle Initiative (CTI) Summit di ibu kota Sulawesi Utara. Ada 300 delegasi dari 74 negara dan 12 badan internasional mengikuti Konferensi Kelautan Dunia. Sementara itu kepala negara anggota CTI ikut hadir yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua New Guine, Timor Leste dan Kepulauan Solomon.

Ekspedisi anggota pramuka penegak (16-19 tahun) dan pandega (20-25 tahun) itu dimulai Senin (4/5). Sejak pagi mereka tiba di mess Komando Pengembangan dan Pendidikan TNI Angkatan Laut, kawasan Perembangan, Surabaya. Anggota pramuka Satuan Karya Bahari ini berasal dari kwartir daerah di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara Barat. Wartawan Samudra ikut dalam kontingen Kwartir Daerah Jakarta yang berangkat dari ibu kota menggunakan bus ke Surabaya.

Ketua Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pandega Nasional (DKN) Sarifah Alawiyah mengumpulkan teman-temannya untuk berkenalan dan membagi kelompok atau sangga. Masing-masing kelompok mendapat penginapan di markas TNI AL. “Bagi pramuka penegak dan pandega, kegiatan dilaksanakan oleh mereka untuk mereka,” kata Sarifah, salah satu peserta pramuka pandega.

Pembina dan para ahli kemudian memberi ceramah mengenai WOC dan CTI serta arti pentingnya buat Indonesia. Kegiatan ini diselengi permainan, adu kekompakan dan penugasan kelompok. Keesokan harinya, mereka menuju Pelabuhan Tanjung Perak. Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Prof. Dr. Azrul Azwar memimpin upacara pelepasan ke Manado.

Menurut Azrul kegiatan Marine Scout Expedition sangat bermanfaat bagi generasi muda. “Agar mereka lebih mengenal dan mencintai laut karena Indonesia adalah negara bahari,” kata Azrul yang guru besar Universitas Indonesia. Azrul berharap anggota pramuka dapat menimba pengetahuan dan informasi dari WOC dan CTI. Juga, katanya, mengenalkan budaya Indonesia di forum internasional tersebut.

Usai berdoa, rombongan memasuki kapal Doro Londa yang mampu menampung 1.000 penumpang. Sepanjang pelayaran peserta menerima berbagai macam materi dari pembina dan para ahli. Ada informasi tentang terumbu karang, teknologi kelautan dan geografi serta kegiatan rohani. Para peserta juga diberi kesempatan melihat ruang kemudi dan mesin kapal. “Ini pengalaman pertama sayadapat melihat isi perut kapal,” kata, pramuka dari Jakarta.

Rabu (6/5) pukul 21.30, kapal merapat di Pelabuhan Balikpapan, Kalimantan Timur. Kerlap-kerlip lampu rumah penduduk menyambut Doro Londa. Pramuka penegak dan pandega dari Kwartir Daerah Kalimantan Timur bergabung dalam ekspedisi ini. Kedatangan mereka disambut nyanyian nan bersemangat peserta dari Jawa dan NTB. Esok siangnya kapal tiba di Pelabuhan Pantoloan, Kota Palu. Peserta dari Kwarda Sulawesi Tengah ikut bergabung.

Kapal kemudian meneruskan perjalanan menuju Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara. Doro Londa berhenti di Makasar dan Kendari mengangkut rombongan pramuka dari Kwartir Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Jumat pukul 19.30 WITA, Doro Londa tiba di pelabuhan Bitung.

Panitia dari Kwartir Daerah Sulawesi Utara menyambut dengan 13 bus, 3 unit truck dan 1 unit mobil pengawal kepolisian. Rombongan menuju penginapan di asrama Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), di kawasan Pineleng, Kabupaten Minahasa. Esok paginya dilakukan upacara penerimaan oleh Alvius Lomban, pimpinan Kwarda Sulawesi Utara. Ikut bergabung juga pramuka tuan rumah sehingga seluruh peserta Marine Scout Expedition berjumlah 350 pramuka penegak dan pandega.

Peserta kemudian menuju Desa Wori, Kecamatan Wori, Manado untuk melaksanakan kegiatan bakti sosial. Kegiatan ini penanaman mangrove dan bersih-bersih pantai. “How are you, We are Indonesian, Indonesian scout,,,?!!...Yes..!!! Learning, doing, helping.” Teriak para peserta meyerukan yel-yel Marine Scout Expedition. Sebelum menanam, mereka mendapat penjelasan manfaat dan cara menanam mangrove oleh Rignolda Djamaluddin, Msc. Dia adalah pimpinan dari Asosiasi Nelayan Tradisional Sulawesi Utara dan dosen di Universitas Sam Ratulangi.

Setelah memahami cara menanam mangrove yang benar, peserta membawa lima bibit pohon yang dibawa ke bibir pantai. Mereka menggali lumpur untuk memasukkan tanaman yang menjadi hunian bagi sejumlah habitat hewan laut dan mengurangi abrasi pantai. Usai makan siang, mereka melakukan bersih-bersih pantai dengan memunguti sampah yang bertebaran.

Sore hari, peserta berolahraga sepak bola dan futsal. Mereka juga melakukan gladi resik pentas seni dan demo memasak hasil olahan laut di aula. Utusan kwartir daerah menunjukkan kreativitasnya seperti Jakarta yang mempersembahkan tarian cokek betawi. Lalu Kwarda Jawa Tengah dengan tarian Semarangan dan Kwarcab Tulungagung mempertunjukkan tarian reog kendang.

Ketika Konferensi Kelautan Dunia dimulai, anggota pramuka menuju ke sejumlah kegiatan, antara lain Sulut Expo, World Ocean Festival dan pameran iptek-industri bahari. Keesokan harinya peserta berwisata ke Taman Nasional Laut Bunaken seluas 75,26 hektare. Mereka mendapat informasi tentang fungsi penting terumbu karang yang sebagai rumah bagi ikan dan biota laut lainnya. Mereka juga menyelam atau snorkeling di Bunaken yang keindahan terumbu karangnya terkenal di seluruh dunia.

Acara wisata berlanjut ke esokan harinya dengan mengunjungi makam Imam Bonjol di daerah Pineleng. Pahlawan nasional dari Sumatera Barat ini memang diasingkan oleh Belanda ke Manado pada tahun 1772. Dia mengobarkan peperangan melawan tentara penjajahan Belanda. Tahun 1864, Imam Bonjol wafat di pengasingan pada usia 92 tahun.

Peserta juga mengunjungi objek wisata Bukit Kasih yang terletak 50 kilometer arah selatan Manado. Di Desa Karonang, Kabupaten Minahasa ini menjadi saksi kalau Bukit Kasih menjadi lokasi beribadat berbagai agama. Mereka juga meninjau Danau Tondano yang terletak 600 meter di atas permukaan laut dan dengan pengunungan dengan ketinggian 700 meter.

Setiap sore dan malam hari, para peserta menampilkan seni dari daerah masing-masing di panggung World Ocean Festival. Pagi dan siangnya, sejumlah peserta mengikuti simposium ilmiah dan kegiatan WOC lainnya. Mereka bergiliran dengan lainnya. “Ini pengalaman paling menarik buat saya,” kata Mas Atiawati, pramuka dari Jakarta. Atiawati mengaku mendapat ilmu, wawasan kebaharian dan teman baru setelah mengikuti ekspedisi. Dia akan menularkan pengetahuan yang diperolehnya kepada adik-adik siaga dan penggalang di gugusdepan dan kwartir rantingnya.

Sarifah menjelaskan Saka Bahari selama ini bekerjasama dengan TNI AL, Departemen Kelautan dan Perikanan dan sejumlah instansi lainnya seperti LIPI, ISOI, Lapan, dan BPPT. Menurutnya peserta Ekspedisi kali ini mengetahui pengolahan hasil laut, menanam mangrove, ilmu navigasi, GPS, ruang kemudi kapal laut, mesin kapal laut dan informasi yang berhungan dengan kelautan lainnya. Mereka sangat antusias dan aktif mengikuti setiap materi yang diberikan. Tidak terasa sepekan sudah mereka berada di Manado. Pada Jumat pagi (15/5) berlangsung upacara penutupan Marine Scout Expedition. Dengan kapal Doro Londa, mereka kembali ke rumah dan gugusdepan masing-masing. Sayonara.(Andi)


Read more...

Pembangunan di Wilayah Pesisir Semakin Fokus

Wilayah pesisir adalah kawasan peralihan, yang menghubungkan ekosistem darat dan laut, yang sangat rentan terhadap perubahan. Penyebabnya, akibat aktivitas manusia di darat dan di laut. Secara geografis ke arah darat batas sempadan sejauh pengaruh air laut ke darat dan ke arah laut. Batas sempadan pengaruh dari darat, seperti air sungai, sedimen, dan pencemaran dari darat.

Pengelolaan wilayah pesisir dan laut merupakan suatu proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian sumber daya pesisir dan laut secara berkelanjutan. Dengan mengintegrasikan antara kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masayarakat. Perencanaan antara sektor dan pemerintah pusat dan daerah. Mencakup ekosistem darat dan laut, ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Intinya keselarasan agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan pembangunan di wilayah pesisir,”ungkap Kepala Bidang Pengembangan Wilayah Lingkungan Hidup Bappeda Sumatera Barat, Sigit Padmono Dewo kepada Samudra di Padang, Senin (29/6) lalu.

Untuk itu, dibutuhkan rancangan peraturan daerah provinsi Sumbar. Sigit menambahkan, berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, pada pasal 18 dinyatakan bahwa provinsi mempunyai kewenangan di wilayah pesisir dan laut sepanjang 12 mil kearah laut lepas dan kabupaten sepertiganya. Ada tiga Peraturan perundang-undangan lainnya yang melatarbelakangi lahirnya Perda tersebut yakni UU Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, UU No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dan UU No 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

Jadi lanjut Sigit tiga paket UU inilah yang mendasari masalah spasial. Pada UU 27/2007 pasal 9 disebutkan bahwa zonasi pesisir dan pulau-pulau kecil itu ditetapkan berdasarkan perda. Sedangkan UU 26/2007 kita diwajibkan membuat perda tata ruang. “Makanya, kita menggabungkan wilayah darat sampai 12 mil ke laut menjadi satu kesatuan. Dari pusat juga bisa membenarkan tindakan itu,” ujarnya.

Selengkapnya bisa anda baca di edisi 75, Juli 2009

Read more...

Opini

H.Yussuf Solichien Martadiningrat
Pengamat Politik Militer dan Ketua Umum DPP HNSI.

Setelah Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan dapat dikuasai, Malaysia berambisi untuk menguasai perairan Blok Ambalat yang diperkirakan kaya sumber daya minyak dan gas bumi. Keberanian Malaysia untuk mengklaim wilayah peairan Blok Ambalat tidak datang secara tiba-tiba, namun merupakan hasil kalkulasi politik dan strategi perang yang sudah diperhitungkan secara mendalam. Read more...

Tokoh

Alex Retraubun,Dirjen KP3K, DKP
Memberdayakan Pulau-pulau Kecil

Isu Ambalat belakangan ini kembali menyeruak. Pelanggaran yang dilakukan armada tempur milik Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM) di kawasan garis batas (borderline) di perairan sekitar Blok Ambalat. Semisal, pada 4 Juni lalu, sebuah kapal perang Malaysia kembali masuk sekitar dua mil kedalam wilayah negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Read more....



Advertorial

Launching PNPM Mandiri
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri-KP) resmi diluncurkan. Suatu upaya untuk memberdayakan masyarakat pesisir secara mandiri.
PNPM Mandiri KP merupakan bagian dari program nasional penanggulangan kemiskinan dalam lingkup PNPM Mandiri kategori penguatan. Program ini merupakan program pemberdayaan yang berbasis sektoral, kewilayahan, dan difokuskan untuk menanggulangi kemiskinan.
(advertorial Samudra Edisi April 2009)

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP